Hujan yang turun adalah teman baginya dan diriku. Si kecil yang selalu menemani hari-hariku di peraduan. Sambil menunggu kepulangan ayahanda. Dari tempatnya mencari nafkah. Cuaca kini tak menentu. Kadang panas kadang hujan. Selagi terang lalu tiba-tiba menyuram. Kami pun bersiap menanti datangnya hujan. Menjemput pakaian dari barisannya di luar. Mengambil baskom sebelum tetesan bocor menyinggung dasar.
Bila hujan datang, aku juga bersiap mendengar permintaannya untuk bermandi hujan. Sekali-sekali aku perbolehkan, tapi tidak di setiap hujan. Itupun bila ananda dalam kondisi betul-betul vit. Hujan, aromamu juga kebisinganmu, mengingatkanku akan keriangan masa kecil seperti apa yang dimintanya. Hujan deras dan angin yang berhembus kencang menjadi penyejuk serta pembawa kebahagiaan. Mendatangkan sebuah orkestra alam tanpa diminta dan menuntut pamrih.
Hujan, kaulah penyubur tanaman sumber pangan kami. Hujan, berhentilah di saat yang tepat. Agar tiada saudara kami yang berselimut duka. Karena kami tak menanti banjir. Banjir pernah mampir di sini. Cukup sekali menjadi kenangan juga pengingat. Jangan datang lagi ya banjir...
Sebuah puisi untuk hujan kupersembahkan,
Kepada Hujan
--------------------
Hujan datang menyapa kami berdua
Memecah heningnya sunyi di hati
Hujan datang menggoda ananda
Sementara ibu tersadar dan segera berlari
Jemuranku..... jangan sampai basah!
Batin ibunda
Ibu.... aku ingin keluar, bolehkah?
Rengek ananda
Gemerisik hujan mulai menderu
Rintik air mulai menari
Menyeruak di antara panasnya hari
Membasuh lembut tanah dan rumput
Dan semilir angin datang menyambut
Menyapu peluh ibu setelah menyelamatkan para baju
Ucap syukurnya atas nikmat hujanMu
Ibu pun terbayang
Sejenak berbaring melepas lelah
Tiba-tiba ia pun terhenyak
Pintu sudah terbuka lebar
Di mana ananda?
Ternyata...
Sebuah perhelatan telah berlangsung di luar sana
Sang anandalah bintangnya
Menghentak genangan
Memutar payung
Dalam iringan nada-nada hujan siang itu
Asyiikk... soraknya bergembira
Terima kasih Tuhan sang pemilik hujan
Alhamdulillahirabbil'alamin
We love the rain
Memecah heningnya sunyi di hati
Hujan datang menggoda ananda
Sementara ibu tersadar dan segera berlari
Jemuranku..... jangan sampai basah!
Batin ibunda
Ibu.... aku ingin keluar, bolehkah?
Rengek ananda
Gemerisik hujan mulai menderu
Rintik air mulai menari
Menyeruak di antara panasnya hari
Membasuh lembut tanah dan rumput
Dan semilir angin datang menyambut
Menyapu peluh ibu setelah menyelamatkan para baju
Ucap syukurnya atas nikmat hujanMu
Ibu pun terbayang
Sejenak berbaring melepas lelah
Tiba-tiba ia pun terhenyak
Pintu sudah terbuka lebar
Di mana ananda?
Ternyata...
Sebuah perhelatan telah berlangsung di luar sana
Sang anandalah bintangnya
Menghentak genangan
Memutar payung
Dalam iringan nada-nada hujan siang itu
Asyiikk... soraknya bergembira
Terima kasih Tuhan sang pemilik hujan
Alhamdulillahirabbil'alamin
We love the rain
Mami dan Gavin,
21.10.16
Baca Juga: Rindu Yang Selalu Terbentang
- Pemenang hiburan Giveaway "Cerita Hujan" agungrangga.com -
https://agungrangga.com/2016/10/31/pemenang-giveaway-cerita-hujan/
Alhamdulillah