Assalamu'alaikum,
Bernostalgia ke awal masa pernikahan. Kala itu ketika hendak menempati rumah kontrakan, saya sibuk memikirkan perlengkapan isi rumah yang dibutuhkan. Lalu suatu hari saya memiliki waktu senggang untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan sebagai amunisi seorang ibu rumah tangga ke Pasar Jatinegara.
Dari mulai membeli sendok-garpu hingga panci. Seputaran senjata dapur. Rasanya sudah keblenger. Kemudian saat saya mengecek daftar kebutuhan yang sudah saya buat, ternyata masih banyak yang belum terpenuhi. Ckck, perasaan udah beli ini itu, masih ada saja yang kurang. Sebagai IRT baru, saya pun menggeleng-gelengkan kepala dan berujar,
"Ternyata untuk menyelenggarakan sebuah kehidupan, begitu banyak barang-barang yang dibutuhkan" - asal QUOTE
Ya nggak, padahal isinya hanya 2 orang. Banyak sekali persiapannya. Karena saat itu kami hendak mengisi tempat tinggal dari "0". Jika dirinci mulai dari kebutuhan dapur: panci, centong, ulekan. Peralatan makan: piring, sendok, garpu. Alat mandi, tempat tidur, perlengkapan cuci baju, endebre.. endebre... pusyiing...
Biar menjadi kenangan *ambil mic. Itupun gak semua harus langsung "brek" dibeli, semua dijalani pelan-pelan, sambil melatih mengelola keuangan dan bersabar. Alhamdulillah banyak "support" juga dari orang tua untuk mengisi pernak-pernik rumah yang membuat kami sangat-sangat terbantu. Makasih mamamer dan papamer.
Lanjut nostalgianya. . .
Oke, itu baru "peralatan perang" lantas, kebutuhan harian bagaimana? kebutuhan mingguan dan bulanan? Operasional rumah tinggal?! Hosh... Begitu banyak pos pengeluaran yang harus ditutupi. Oleh karena itu setiap rumah tangga mesti kreatif dalam mengelola dana yang tersedia. Saya ingin membagi tips-tips kreatif sebagai bentuk "Frugal Living".
Apa itu? kalau kata sobat saya, bundanya si kembar Kira-Kara, Wiwid Wadamira, Frugal Living adalah gaya hidup hemat yang mementingkan skala prioritas dalam mengelola pengeluaran rumah tangga. Menurut saya Frugal Living merupakan cara kreatif melakukan penghematan di berbagai kegiatan.
TIPS KREATIF FRUGAL LIVING:
1. Memanfaatkan uang receh, koin 100 dan 200 rupiah
Rahasia nih, saya punya setoples penuh berisi uang recehan 100 dan 200 rupiah. Pokoknya banyak banget. Saya biarkan menumpuk begitu saja. Gara-garanya setiap ada uang recehan di dompet, disisihin, lama-lama pun menumpuk. Disisihkan karena berpikir tidak terpakai. Habis mau digunakan untuk apa, paling larinya ke polisi cepek? polisi cepeknya nggak ada lagi sekarang, adanya "polisi gopek". Akhirnya recehan saya sampai penuh dan menjadi timbunan koin. Mau nukerin ke bank tapi gimannaa gitu. . .
Bahkan masih nambah terus sampai sekarang. Karena setiap membeli sesuatu di mini market, selalu ada saja kembalian recehannya. Saya pun terusik, setiap membeli barang dan membayar, uang menjadi pecah dan cenderung tidak bermanfaat. Pada akhirnya saya menjadi pelaku penghambat peredaran uang recehan. Sampai pernah di bulan Ramadhan lalu Bank Indonesia menggelar event Pelayanan Tukar Uang di Monas akibat banyaknya pecahan koin Rupiah yang mengendap di masyarakat. Saya sih jauh, saya nggak bisa ikutan. Alhasil, saya punya ide, mari kita berdayakan koin-koin yang ada.
Bisa diperhatikan ya bu pak, jika belanja di supermarket atau mini market, sering kita mendapati jumlah total belanja diakhiri dengan angka ratusan. Jika saya membayar dengan uang lembaran saja, lagi-lagi saya mengendap recehan. Maka cara kreatifnya adalah, siapkan sebanyak 2 koin 100 dan 2 koin 200 setiap hendak membayar di kasir. Bayarkan tagihan belanja dengan uang lembaran besar DITAMBAH koin recehan sejumlah ujung dari total belanja kita.
Jadi nanti kita akan menerima kembalian yang "bulat" kan?
Contoh, total belanja Rp 24.300,-
Uang ditangan Rp 50.300,-
Kembalian yang akan diterima = Rp 50.300 - 24.300 = Rp 26.000,-
- - -
Bandingkan jika membayar dengan 50 ribu rupiah, kembalian yang diterima menjadi = Rp 25.700,-
Lagi-lagi akan ada recehan yang tidak terpakai.
2. Menjadikan barang bekas menjadi bermanfaat (Re-use dan Recycle)
Bentuk "Frugal Living"lainnya adalah re-use. Dimana kita dapat ikut melestarikan lingkungan dengan mengurangi sampah dengan mendaur ulang barang bekas. Kalau ibu-ibu biasanya suka membuat DIY mainan anak dari kardus bekas. Contoh yang saya buat adalah memanfaatkan kotak susu bekas menjadi media bermain dan belajar Gavin. Keuntungan yang lebih besar lagi dari kegiatan ini tentunya adalah cara hemat untuk menstimulasi kecerdasan anak. Bingo!
3. Membawa baskom ke tukang sayur untuk mengurangi sampah plastik
Kalau himbauan untuk membawa tas belanja sendiri dari rumah untuk berbelanja sudah pada tau dong. Nah, sebagai ibu rumah tangga yang sering mencegat sayur-man, ngalamin nggak, kalau belanja sayur, selesai shopping, sayurannya sudah diplastikin sama si bapak untuk kita bawa ke dalam. Yang membuat kita menumpuk plastik kecil-kecil di rumah. Bikin greget. Kalau plastik besar, justru bisa bermanfaat untuk kantong sampah. Kalau yang kecil-kecil hanya menuh-menuhin dapur!
Cara kreatifnya, bawa baskom aja bu. Belanjaannya ditumpuk di baskom. Bilang pak sayur, sini aja pak, nggak usah pakai plastik. Kalau perlu, plastik-plastik kecil yang ada dikumpulkan dan diberikan kepada tukang sayur agar dapat dimanfaatkan kembali. Asik loh kalau ayam atau ikan belanjaan sudah langsung ditaro baskom, masuk dapur tinggal bilas deh.
4. Mencabut peralatan elektronik yang tidak digunakan
Ternyata, alat elektronik yang colokannya masih tersambung, walaupun tidak dalam keadaan menyala masih menyedot arus listrik. Kecil sih memang, tapi kalau setiap hari? lama-lama menjadi banyak. Makanya, biasakan mencabut alat elektronik yang tidak dipakai ya.
Contoh yang paling sering adalah, charger HP. Padahal sudah selesai nge-casnya, dengan alasan ingin praktis, diabiarkan saja tercolok. Selain membahayakan juga boros listrik. Alangkah baiknya untuk segera dicabut. Juga colokan listrik peralatan lain seperti televisi, mesin cuci, radio tape. Lepaskan dari kontak listrik bila sedang tidak dipakai untuk mengurangi tagihan PLN.
5. Hemat gas dengan sekali "ctek"
Ctek, bunyi komporku. Tips yang satu ini agak tricky. Frugal banget dan susah diingat. Apa siihh? Yaitu tentang efisiensi pemakaian gas pada kompor gas. Dari artikel hasil gogling yang pernah saya baca, katanya di saat kita baru menyalakan kompor, gas yang keluar cukup besar. Sehingga disarankan untuk tidak sering cetak-cetek atau mati-hidupkan kompor.
Bagaimana caranya?
Gini, saat kita sedang memasak, misalkan, yang pertama sop ayam, sudah mau matang. Berikutnya menggoreng tempe. Begitu sop ayam matang, angkat panci sop, pindahkan ke tungku kosong dan hap! Segera letakkan wajan untuk menggoreng tempe pada tungku menyala bekas sop tadi.
Hiat... pake jurus silat. Semoga nangkep ya maksudnya. Jadi tidak usah mematikan kompor dulu. Langsung gunakan kembali dengan menyiapkan wadah masak berikutnya.
Persiapkan panci masakan berikutnya setelah hidangan pertama matang. Dengan cara kreatif tersebut akan mengurangi frekuensi cetak-cetek kompor untuk menghemat gas. Tapi prakteknya agak susah, perlu membiasakan diri dulu.Karena secara spontan, setelah masakan matang, kita terbiasa mematikan kompor untuk mengangkat hidangan.
Cara kreatif kedua:
Memanfaatkan sisa panas.
Ternyata, mematikan kompor sampai masakan betul-betul matang tak harus selalu dilakukan. Maksudnya, pada contoh ibu sedang menggoreng tempe, kira-kira sedikit lagi mencapai kematangan yang diinginkan, matikan kompor. Minyak yang masih panas di penggorengan akan mematangkan tempe walaupun gas sudah dimatikan. Ini juga perlu jurus jitu, jurus kira-kira he he..
Misalkan, sekitar setengah menit masakan hendak matang, matikan api dan biarkan panas rebusan atau minyak melanjutkan tugas mematangkan masakan.
Seru dan menantang bukan gaya hidup frugal? Kalau kita menemukan atau menjalankan Frugal Living seperti ada kepuasan tersendiri dengan trik-trik yang kita gunakan. Masih banyak lagi tips lainnya, mungkin ada yang mau diskusi lebih lanjut, japri ya. Semoga bermanfaat. Wassalam.
Be happy,
@deravee
Bahan bacaan:
http://bisnis.liputan6.com/read/2524886/penukaran-uang-receh-di-monas-mulai-10-juni