Belum Sanggup Berlari, Tetapi Harus Bergerak

Thursday, September 08, 2016


Assalamu'alaikum,
Agama itu adalah kehidupan itu sendiri.Ucapan mama tersebut selalu terngiang di kepala saya. Bagi umat Islam, nilai-nilai kehidupan yang harus melekat pada setiap pribadi tentu adalah ajaran Al-Qur'an. Sebagai petunjuk serta pondasi dalam menjalani hidup. Setelah menjadi orang tua, saya menyadari, mendidik seorang anak bukanlah perkara mudah. Selain rasa tanggung jawab juga diperlukan konsistensi. Termasuk kewajiban untuk menanamkan bekal agama.

Tahun ajaran lalu, Gavin masih belajar di playgroup dengan jadwal sekolah 3 kali seminggu dan jam belajar yang cukup singkat. Saya masih berenergi untuk mengajarnya ngaji disaat libur atau sepulang sekolah. Tahun ajaran ini, memasuki TK-B, Gavin masuk setiap hari dengan jam belajar yang lebih padat.

Gavin memang belajar mengaji dengan saya di rumah. Kalau ada yang ingin tahu kenapa Gavin nggak ikut TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) saja? Saya mau sekali. Hanya saja, saat TPA berlangsung, sekitar jam 4-5 sore, Gavin masih tidur siang. Karena Gavin baru tertidur di waktu menjelang Ashar. Walaupun lelah sepulang sekolah, ia tidak mudah mengantuk.

Kini saya menjadwalkannya mengaji setiap malam. Pada kenyataannya bagaimana? Yaa sekali ngaji, dua tiga kali libur. Akhirnya dalam seminggu kadang cuma 1 atau 2 kali. Kadang selepas Maghrib, Gavin sudah asyik mantengin channel TV yang menayangkan kartun anak-anak. Mau mengajaknya duduk manis depan Iqro', huff.. jumpalitan dulu.

Perubahan
Belakangan Gavin banyak berubah. Sebentar-sebentar merengek, marah-marah dan suka berteriak. Dari pagi hingga malam. Aktivitas yang saya jalani sehari-hari ikut menjadi tidak nyaman. Apalagi jika saya turut larut dalam suasana amarah yang dibuat Gavin. Terus-terusan begini, saya stress juga. Susah senyum, susah ketawa, banyak makan. Gawat. Mama yang mengetahui hal ini, terus-terusan mengingatkan saya, "Jangan sampai kebablasan, nanti tambah berat." "Gavin ngajinya bagaimana?" tambah Mama. Apa penyebabnya?

Kecolongan YouTube
Di rumah, kami baru saja berlangganan internet bulanan. Harga promo dan kecepatan jaringannya membuat saya merayu suami untuk memasangnya ((iklan euy)). Saya sempat kecolongan, membiarkan Gavin berlama-lama menonton YouTube. Gavin asyik online, saya juga, kami sama-sama terlena.

Pengaruh Lingkungan
Setiap sore Gavin mempunyai jatah bermain di luar bersama teman-teman. Tiba-tiba sekarang Gavin sering pulang membawa oleh-oleh. Suatu ketika saat menyambutnya selesai bermain,  ia masuk sambil berujar, "Ciee... Mami udah punya pacar." Lah?? Apaan sih Gavin. Saya kaget ia dapat berkata seperti itu. Saya jadi risih. Ternyata di kalangan teman-temannya sedang heitz ngomong pacar-pacaran. Astaghfirullah, anak pitik. Dan masih ada beberapa ucapan kurang baik yang mulai dipakainya.


Dalam kasus saya di atas, menurut Ayah Edy, peran saya sebagai orang tua telah diambil lingkungan. Artinya, lingkungan telah memberi kontribusi yang lebih besar dalam pendidikan moralnya dibanding yang saya berikan.

Saya kalah sama televisi, sama gadget, sama teman-temannya. Mengapa? karena porsi siraman rohani yang saya tanamkan tidak sekuat pengaruh luar yang lebih dahsyat.

Sebelumnya ingin saya sampaikan bahwa saya mencoba mengurai permasalahan ini dengan pikiran jernih. Saya tidak boleh serta merta menjudge Gavin anak nakal. Saya juga tidak bermaksud berbesar hati, tapi saya ingin menilainya dengan objektif.

Gavin sangat cerdas. Saya dan suami bahagia sekali. Ia cepat mempelajari hal-hal baru. Sebagaimana anak seusianya yang sedang berada pada periode emas (golden age). Sebagai contoh kegiatan montessori di rumah (baca ceritanya DISINI) yang saya ajarkan telah membantunya mahir membaca, menulis dan berhitung sejak usianya kurang dari 5 tahun. Poinnya adalah, apa yang disodorkan padanya, pasti mudah ia terima. Oleh sebab itu, hal ini juga berlaku pada pengaruh-pengaruh negatif yang sekarang mulai diadopsinya.

Keterbatasan
Manusia memiliki keterbatasan, jasmani dan rohani. Ketika Gavin banyak terpapar konten digital, serta merta jiwanya juga lelah walaupun fisiknya nampak bugar. Ruang untuk nilai moral yang harusnya ia miliki, menjadi sempit. Ini pun berdampak juga pada emosi yang mudah meningkat. Mengamuk, menangis, memukul, berantem dengan teman. Perilaku yang bikin kewalahan, saya harus mengatasinya.

Mudah? tentu tidak. Tetapi saya tidak boleh menyerah. Rani Ayuna Larasati, dialah teman saya yang memberikan pesan begitu mendalam, yaitu, mari kita ubah pikiran bahwa, "perubahan itu bisa dilakukan tetapi tidak mudah" menjadi "PERUBAHAN ITU TIDAK MUDAH TETAPI BISA KITA LAKUKAN".

Ya ini tidak mudah, tetapi patut diperjuangkan. Demi sang buah hati. Demi masa depan kami orang tuanya. Saya akan memulai kembali, menuntunnya, mendidiknya menjadi pribadi yang santun yang berakhlaqul karimah. Sekarang saja Gavin masih kecil sangat mudah dipengaruhi lingkungan, bagaimana kelak dewasa nanti.

Oke, mulai sekarang Gavin ngajinya harus tertib. Mami harus konsisten. Tak lupa saya panjatkan do'a kepada Allah Yang Maha Esa agar segala usaha dilancarkan. Saya memikirkan cara-cara yang efektif dalam mengisi muatan agama padanya. Saya tidak boleh jalan di tempat. Saya pun belum sanggup berlari, tetapi saya harus bergerak. Maka dalam berupaya, saya mencoba mengambil beberapa langkah, sebagai berikut:

Pagi Hari
  • Saya tidak perlu menunggu malam untuk mengajarkan Gavin mengaji.
  • Saya juga harus mencari berbagai metode. 
Tidak hanya menariknya duduk dan membuka lembar iqro'. Jemu. 

  • Bagaimana kalau sedikit tetapi sering.
  • Sisihkan waktu bersama setiap pagi, sebentar saja, tidak sampai 10 menit. 
 Saya mengajaknya membaca do'a dan satu surat pendek. Do'a pagi dan sore.

  • Gavin hanya cukup mendengar kalimat yang saya bacakan:
Karena sering diulang, Alhamdulillah, sekarang Gavin sudah hafal sendiri. Anak-anak segini otaknya masih encer. Insya Allah mudah menyerap.

  • Satu do'a dan satu surat pendek:
Dimulai dari belakang, surat An-Nas dan seterusnya. Saya membacakan dan Gavin mendengar. Kemudian kami membacanya bersama-sama. Tidak ada tekanan agar Gavin cepat menghafal. Biasanya tiba-tiba ia akan bilang, "mami diem aja, Gavin yang baca."

  • Manfaatkan waktu dalam perjalanan berangkat ke sekolah:
Sambil mengantar ke sekolah, saya membacakannya do'a bepergian.

Sore Hari
Sore hari sebelum Gavin bermain. Saya ajak lagi untuk duduk sebentar. Kalau nggak disempatkan, pasti nggak sempat-sempat. Di sore hari, waktunya saya buat lebih lama agar materinya dapat lebih banyak.
  • Membaca do'a pagi sore
  • Membaca surat pendek
  • Memberinya tambahan do'a sehari-hari. 
Saat ini sedang menghafal do'a setelah makan.

  • Belajar IQRO'
  • Nasihat
  • Do'a bersama. 
Untuk do'a bersama Gavin terlebih dahulu saya tugaskan membaca Al-Fatihah dan do'a untuk orang tua, saya meng'Amin-ni. Setelahnya saya membaca do'a-do'a penutup, Gavin meng'Amin-ni. Bagian nasihat, jangan mikir yang berat-berat ya mak. Bukan ceramah ala Mamah Dede. Hanya sharing pendek, misalkan, perbuatan baik umat islam, agar pahala kita banyak harus berbuat apa: salat, berdo'a, dzikir. Urutan salat apa saja. Saya suka memberinya teka-teki tentang hal-hal tersebut lalu Gavin menjawab. Saya juga suka membuat quiz.

Quiz yang bercerita tentang perilaku sehari-hari dari 2 anak yang berbeda. Cerita A dan B dalam kegiatan sehari-harinya, satu berbuat baik dan satunya tidak. Kemudian saya tes Gavin dengan bertanya, siapa yang perilakunya benar. Saya buat suasana yang menarik agar Gavin betah. Di malam hari, saya sesekali membacakannya kisah-kisah para nabi.

Belajar IQRO' juga harus banyak modifikasi. Saya kadang menggunakan whiteboard untuk membuat soal-soal. Tak selalu metode konvensional, mendikte dan menyuruhnya membaca. Supaya ia tidak cepat bosan. Namanya anak segini, bisa duduk manis saja udah syukur banget.

Mengurangi Gadget
Walaupun yang dilihatnya selama ini hanya video anak-anak, dengan terpaksa saya memberhentikan Gavin menonton YouTube. Tidak langsung 100% sih. Boleh nonton saat weekend dan waktunya saya batasi. Hari biasa hanya boleh bermain game. Itupun baterai gadgetnya tidak pernah full. Saya sengaja mencasnya kurang dari 50%. Kalau sudah low-batt dan ia minta di-caskan lagi, saya tetap meng-iyakan, tetapi malam hari baru saya kerjakan.

Penenang Hati
Saat mau tidur dan mata Gavin mulai sayup-sayup, saya suka memutar surat Al-Fatihah atau Ayat Kursi. Saya juga melakukannya ketika saya menyalakan laptop. Walaupun ia menonton TV, saya membesarkan rekaman kedua ayat tersebut yang saya klik dari soundcloud.com.

Lapis-lapis benteng pertahanan harus dibangun, demi menghadapi kerasnya gelombang kehidupan. Perubahan tidak langsung nampak nyata. Memintanya mau patuh pada ajakan saya juga tidak langsung mulus. Ia marah dan menolak. Saat mengaji berhasil dimulai pun, ia sering guling-gulingan dulu, lari-larian, sambil makan dan lain sebagainya.

Tetapi Alhamdulillah saya sudah merasakan ada kemajuan. Pe-er saya masih banyak. Saya hanya melakukan apa yang saya bisa. Dengan konsisten tentunya. Jika ada AyahBunda yang mengalami hal yang sama, dengan senang hati saya menerima masukkannya. Wassalam.

Be happy,
@deravee

You Might Also Like

14 comments

  1. Waaaaaah aku bacanya jadi malu nih mami.. Aku nyerahin ngaji anak-anak ke pak ustadz yang dateng ke rumah seminggu 2 kali, baca-baca surat pendek juga aku serahin di TKnya yang setiap hari juga ada hapalan surat-surat pendek sama solat dhuha.. Tulisannya jadi pengingat banget nih untuk aku mih.. Makasi sharingnya ya mami Gaviinnn <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama ya mama Una.. sama-sama menjadi pengingat buat aku juga..ga masalah siapa yang ngajar,sudah melaksanakan tanggung jawab ortu kan mak :)

      Delete
  2. Huwaaaa mba jadi takut :( udah ngomongin pacar - pacaran.
    Apalagi aku mom working yang gak bisa 24 jam bareng anakku. Aku percayakan ke mama ku untuk ngeajaga anakku :(.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih mak, karena tau dari temen.. yang penting jangan sampai terpapar pengaruh yang kurang baik mak, walaupun wm tapi kan tetap ngontrol si kecil bukan

      Delete
  3. "Peran saya sebagai orang tua telah diambil lingkungan. Artinya, lingkungan telah memberi kontribusi yang lebih besar dalam pendidikan moralnya dibanding yang saya berikan" kalimat itu membuat saya langsung "deg" termenung mba betapa besar PR kita sebagai orang tua ya supaya anak tetap on the track. Semoga kita sebagai orang tua tetap diberi wawasan yang luas, kesabaran dan semangat yang besar ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin Ya Rabbal'alamin, makasih Rani, doa untuk kita bersama :) semoga sll dimudahkan menjalani tugas orang tua..iya ternyata qt harus waspada ya

      Delete
  4. orang tua tetap jadi "pelindung" ya mbak untuk buah hatinya, semoga para orang tua tetap terus belajar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin Ya Rabbal'alamin...iya mba Titis, harus gitu ya, terima kasih tambahannya

      Delete
  5. Semangat ya mba utk perubahan gavin. Anak ku cm boleh main gadget kalo hr minggu. Itupun gak lama.. sekedar main game aja biasanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasi banyak mba Ruli, insya Allah tetap semangat...harus ada ketegasan dan disiplin dari awal ya mba..makasi sharingnya, masukkan buat aku

      Delete
  6. Iya anak2 memang harus dipondasikan agama sedini mungkin ya, tentunya dg cara yg menyenangkan :) Semoga makin pintar ya, de Gavin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. harus dari kecil ya mak, makasih banyak, insya Allah inget pesennya:) Amin YRA, trims doanya tante Nita

      Delete
  7. Langkah tempat mbak, ahklak bagi si kecil. gut job... :)

    ReplyDelete

Selamat datang! Terima kasih telah berkunjung.

Komen yuuk.... :)

Cara isi komentar::
Pilih NAME/URL lalu isi dengan URL blog. URL blog yaa... jangan url postingan. Terima kasih temaan.... :-*

@deravee

Subscribe